Hakikat Peseta Didik

Peserta Didik
1. Kedudukan Peserta Didik 

a. Dilahirkan Membawa Fitrah

Sebenarnya ketika seorang anak dilahirkan ke dunia, ia telah membawa potensi dan potensi bawaan inilah yang dalam istilah Islam lebih dikenal sebagai fitrah. 

Secara etimologi kata fitrah berasal dari kata bahasa Arab fathara yang berarti dia memegang dengan erat, memecah, membelah, mengkoyak-koyak atau meretakkannya. Penggunaan bentuk pertamanya fatarahu berarti Dia telah menciptakannya atau Dia menyebabkan ada secara baru untuk pertama kalinya. Kata fathara sepadan dengan kata khalaqa yang artinya mencipta.

Al-Qurtubi menafsirkan kata fitrah dengan agama Islam, sedangkan Muhammad Fadhil al-Jamali mendefinisikan fitrah sebagai kemampuan dasar, kecenderungan-kecenderungan yang murni bagi setiap individu, lahir dalam bentuk sederhana dan sangat terbatas kemudian saling mempengaruhi dalam lingkungan sehingga tumbuh dan berkembang menjadi baik. 

Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Dengan demikian, pada mulanya anak itu dilahirkan dengan membawa potensi yang perlu dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya.

24. حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِالرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ *

Artinya:

Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. 

Penilaian Kualitas Periwayat



NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Abd Rahman ibn ShahrIV
2Abdullah ibn Abd Rahman ibn AufIIIVTsiqat
3Muhammad ibn MuslimIIIIIITsiqat
4Muhammad ibn Abd Rahman ibn MughirahIVIIMuttafaq 'ala Ittiqanih
5Adam ibn Abi IyasVITsiqat
6Al-BukhariVIMukharrij

25. حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ *

Artinya:

Barangsiapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. 

Penilaian Kualitas Periwayat


NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Abd Rahman ibn ShahrIV
2DakwanIIIVTsiqat
3Sulaiman ibn MahranIIIIIITsiqat
4Hammad ibn UtsamahIVIITsiqat
5Mahmud ibn GhilanVITsiqat
6At-TirmidziVIMukharrij
2. Tugas-tugas Peserta Didik 

a. Menghormati Guru

26. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ بَيَانٍ الْعُقَيْلِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الرَّحَّالِ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخًا لِسِنِّهِ إِلَّا قَيَّضَ اللَّهُ لَهُ مَنْ يُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّهِ قَالَ أَبمو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ هَذَا الشَّيْخِ يَزِيدَ بْنِ بَيَانٍ وَأَبُو الرِّجَالِ الْأَنْصَارِيُّ آخَرُ *

Artinya:

Bila orang muda menghormati orang dewasa, niscaya Allah akan menakdirkannya dihormati kelak pada usia tuanya. 

Penilaian Kualitas Periwayat


NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Anas bn MalikIIV
2Muhammad ibn KhalidIIIIIDhaif
3Yazid ibn BayanIIIIIDhaif
4Muhammad ibn MutsannaIVITsiqat
5At-TirmidziVMukharrij
b. Menghafal Pelajaran

27. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنَ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا *

Artinya:

Teruslah mengulang-ulang hafalan al-Qur’an, demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang diikat. 

Penilaian Kualitas Periwayat


NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1'Abdullah ibn QaisIV
2'Amr ibn 'AbdillahIIIVTsiqat
3Buraid ibn 'AbdillahIIIIIITsiqat
4Hammad ibn UsamahIVIITsiqat
5Muhammad ibn Al-'AlaVITsiqat
6Al-BukhariVIMukharrij
c. Menggunakan Hak dengan Baik

28. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْعُمَيْسِ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ آخَى النَّبِيُّ ص.م. بَيْنَ سَلْمَانَ وَأَبِي الدَّرْدَاءِ فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً فَقَالَ لَهَا مَا شَأْنُكِ قَالَتْ أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِي الدُّنْيَا فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا فَقَالَ كُلْ قَالَ فَإِنِّي صَائِمٌ قَالَ مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ قَالَ فَأَكَلَ فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ قَالَ نَمْ فَنَامَ ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ فَقَالَ نَمْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ قَالَ سَلْمَانُ قُمِ الْآنَ فَصَلَّيَا فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَأَتَى النَّبِيَّ ص.م. فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ ص.م. صَدَقَ سَلْمَانُ *

Artinya:

Sesungguhnya bagi Tuhanmu, bagi dirimu, dan bagi keluargamu ada hak yang harus kamu tunaikan, maka tunaikanlah hak pada siapa saja yang mempunyai hak. 

Penilaian Kualitas Periwayat


NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Wahab ibn AbdillahIV
2'Aun ibn Abi Ju'fahIIIVTsiqat
3Uthbah ibn AbdillahIIIIIITsiqat
4Ja'far ibn AunIVIIShaduq
5Muhammad ibn BasyarVITsiqat
6Al-BukhariVIMukharrij
d. Menuntut Ilmu

Untuk menentukan kedudukan atau status manusia sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Menuntut ilmu sebagai salah satu kegiatan yang harus ada dalam kerangka besar pendidikan sejak awal telah diwajibkan bagi setiap orang Islam, bahkan tidak mengenal ruang dan waktu. Hal ini senada dengan Sabda Nabi Saw.:

29. حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ *

Artinya:

Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim. 

Penilaian Kualitas Periwayat



NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Anas ibn MalikIV
2Muhammad ibn SirinIIIVTsiqat
3Katsir ibn SindzirIIIIIIShaduq
4Hafs ibn SulaimanIVIIMathruq
5Hisyam ibn UmarVIShaduq
6Ibn MajahVIMukharrij

3. Kebutuhan Peserta Didik 

Manusia suka kepada ilmu dan kepandaian agar kehidupannya maju dan tidak beku (jumud). Memang Allah menjadikan jiwa manusia begitu keadaannya. Setiap orang juga suka kepada makanan yang lezat, suka kepada lawan jenis, suka kepada badan dan akal yang sehat. Oleh karena itu Allah datangkan agama Islam yang mengajar manusia untuk memenuhi tuntutan fitrah tersebut. 

Namun, umat Islam saat ini kelihatannya sedang membuktikan prediksi Rasulnya yang sudah terekam sejak lima belas abad yang lalu. Dalam sebuah haditsnya beliau menjelaskan: 

30. حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص.م. يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ *

Artinya:

Suatu saat kamu akan menjadi seperti buih di tengah samudra luas. Terombang-ombang oleh ombak serta mengikut ke arah mana jalannya angin. Para sahabat bertanya: Apakah karena kami sedikit ketika itu wahai Rasulullah? Tidak, namun kamu ditimpa penyakit “wahan”. Para sahabat bertanya: Apakah penyakit “wahan” itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Cinta dunia dan benci mati. 

Penilaian Kualitas Periwayat


NoNamaUrutan Urutan Penilaian
PeriwayatRawiSanadUlama
1Tsauban ibn BajdadIV
2Shalih ibn RastumIIIVTsiqat
3Abd Rahman ibn YazidIIIIIIShaduq
4Bisyr ibn BakarIVIIMathruq
5Abd Rahman ibn IbrahimVIShaduq
6Abu DawudVIMukharrij
Cinta dunia yang berlebihan, akan melahirkan sikap-sikap yang seolah-olah kita akan hidup seribu tahun lagi (abadi). Sikap yang demikian pula yang menyebabkan kita menyikapi pendidikan anak-anak kita seolah-olah tak ada aspek lain dalam hidupnya kecuali memburu dunia. Sehingga kita bersikap buta hati terhadap kisah-kisah seperti yang dicontohkan Ibrahim dan Ya’qub untuk menghayati bagaimana mereka telah mendidik anak keturunan mereka. 

Al-Qur’an mengisahkan, Ibrahim dan Ya’qub senantiasa mewasiatkan anak-anaknya tentang agama ini. Sebagaimana tersurat dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 132

Artinya:

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama Ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Bahkan Ya’qub disaat-saat menjelang maut menjemputnya, menyempatkan diri bertanya kepada anak-anaknya: 

Artinya:

Apa gerangan yang akan kamu sembah setelah kematianku)? 

Gambaran Ibrahim dan Ya’qub di atas mengajarkan betapa besar perhatian mereka terhadap kelestarian kesadaran beragama bagi anak-anak mereka. 

Kepedulian terhadap kelangsungan kesadaran beragama anak-anak kita sangat minim sekali. Sehingga sebagai ilustrasi, seringkali jika anak kembali dari sekolah yang ditanyakan adalah nilai berapa yang kamu dapatkan?, sementara shalatnya tidak terpedulikan sama sekali.

Untuk Referensinya anda bisa buka mathlab istilah pendidikan